PTK
Lihat File
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)
UPAYA MENINGKATKAN
PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK
DENGAN MEDIA GAMBAR PAPAN
EKSPRESI PERASAAN KELAS A
DI RA MIFTAHUL JANNAH KUNTILI
KECAMATAN SUMPIUH
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Di Susun Oleh : Mei Sari’ah,
S.Pd
PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)
DALAM JABATAN 2018
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
RA-3
UPAYA MENINGKATKAN
PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK
DENGAN MEDIA GAMBAR PAPAN
EKSPRESI PERASAAN KELAS A
DI RA MIFTAHUL JANNAH KUNTILI
KECAMATAN SUMPIUH
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Oleh : Mei Sari’ah, S.Pd
A. Latar Belakang Masalah
Raudhatul Athfal Miftahul Jannah Kuntili Kecamatan
Sumpiuh merupakan lembaga pendidikan pra-sekolah yang menggemban tanggungjawab
utama dalam mengembangkan kemampuan bidang Sosial Emosional.
Media gambar adalah penyajian visual 2 (dua)
dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi
unsur perasaan marah, sedih dan gembira. Selain
itu juga berisi unsur warna seperti merah untuk perasaan marah, biru untuk
perasaan senang dan kuning untuk perasaan sedih.
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam
proses belajar mengajar sebab mudah diperoleh, tidak mahal dan efektif serta
menambah gairah dalam motivasi belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
Secara rinci, permasalahan penelitian ini
dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakan penerapan strategi Gambar Papan Ekspresi Perasaan untuk meningkatkan perkembangan
Sosial Emosional siswa Kelas A dalam pembelajaran Sosial Emosional di RA
Miftahul Jannah Kuntili Kecamatan Sumpiuh ?
2. Bagaimana peningkatan perkembangan Sosial Emosional
siswa kelas A RA Miftahul Jannah Kuntili Kecamatan Sumpiuh setelah diterapkan
strategi Gambar Papan Ekspresi Perasaan
?
Gambar : Papan Ekspresi
Perasaan
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk
meningkatkan perkembangan Sosial Emosional siswa dengan menggunakan media
Gambar Papan Ekspresi Perasan.
Secara
khusus, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menerapkan/mengujicobakan strategi gambar papan
eksresi perasaan dalam kegiatan pengembangan Sosial Emosional siswa Kelas A
untuk meningkatkan kreatifitas belajar siswa.
2. Melatih siswa untuk terampil dalam meningkatkan
perkembangan Sosial Emosional
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Siswa
Para
siswa memiliki keberanian untuk mengungkapkan ekspresi perasaannya seperti marah, sedih dan gembira sehingga bisa
menempatkan dirinya dan dapat mengendalikan emosi dirinya dengan emosi yang
positif.
2. Bagi Guru
Para
guru memperoleh gambaran tentang Metode Pembelajaran Sosial Emosional yang
dapat meningkatkan k eaktifan siswa.
3. Bagi Sekolah
Sekolah
menghasilkan lulusan yang memiliki perkembangan Sosial Emosional yang lebih
baik. Siswa mampu meng endalikan dirinya ketika sedang marah atau sedang
sedih dengan emosi yang positif atau gembira.
E. Kajian Pustaka (Teori)
Kajian pustaka (teori) yang
digunakan adalah Teori Belajar BANDURA.
Bandura mengemukakan
bahwa siswa belajar melalui meniru. Pengertian meniru di sini bukan berarti
menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru.
Jika tulisan guru baik, guru berbicara sopan santun dengan menggunakan bahasa yang
baik dan benar, tingkah laku yang terpuji, menerangkan dengan jelas dan
sistematik, maka siswa akan menirunya. Jika contoh-contoh yang dilihatnya
kurang baik ia pun menirunya. Dengan demikian guru harus menjadi manusia model
yang profesional.
Bandura memandang tingkah laku
manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat
reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif manusia itu sendiri. Teori belajar sosial dari Bandura ini merupakan gabungan
antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif,
dengan prinsip modifikasi perilaku. Teori
Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura didasarkan pada
tiga konsep,yaitu:
a) Reciprocal determinism
Pendekatan yang menjelaskan
tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus
antara kognitif, tingkah laku, dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi
tingkah lakunya dengan mengontrol lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol
oleh kekuatan lingkungan itu.
b) Beyond reinforcement
Bandura memandang teori Skinner
dan Hull terlalu bergantung pada reinforcement. Jika setiap unit respon sosial
yang kompleks harus dipilah- pilah untuk direforse satu persatu, bisa jadi
orang malah tidak belajar apapun. Menurutnya, reinforcement penting
dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak,
tetapi itu bukan satu- satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar
melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang
dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada reinforcement yang terlibat,
berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi.
c) Self-regulation/cognition
Teori belajar
tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidakmampuan mereka
untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep bandura menempatkan manusia sebagai
pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi
tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif,
dan mengadakan konsekuensi bagi bagi tingkah lakunya sendiri.
Prinsip dasar
belajar sosial (social learning) adalah:
1) Sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui
peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).
2) Dalam hal ini, seorang siswa mengubah perilaku sendiri
melalui penyaksian cara orang/sekelompok orang yang mereaksi/merespon sebuah
stimulus tertentu.
3) Siswa dapat mempelajari respons-respons baru dengan cara
pengamatan terhadap perilaku contoh dari orang lain, misalnya: guru/orang
tuanya. Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan
moral siswa ditekankan pada perlunya pembiasaan merespons (conditioning)
dan peniruan (imitation).
Teori belajar
sosial memiliki banyak implikasi untuk penggunaan di dalam kelas, yaitu:
1) Siswa sering belajar hanya dengan mengamati orang lain, yaitu
guru.
2) Menggambarkan konsekuensi perilaku yang dapat secara efektif
meningkatkan perilaku yang sesuai dan menurunkan yang tidak pantas. Hal ini
dapat melibatkan berdiskusi dengan pelajar tentang imbalan dan konsekuensi dari
berbagai perilaku.
3) Modeling menyediakan alternatif untuk membentuk perilaku baru
untuk mengajar. Untuk mempromosikan model yang efektif, seorang guru harus
memastikan bahwa empat kondisi esensial ada, yaitu perhatian, retensi, motor
reproduksi, dan motivasi
4) Guru dan orangtua harus menjadi model perilaku yang sesuai
dan berhati- hati agar mereka tidak meniru perilaku yang tidakpantas,
5) Siswa harus percaya bahwa mereka mampu menyelesaikan tugas-
tugas sekolah. Sehingga sangat penting untuk mengembangkan rasa efektivitas
diri untuk siswa. Guru dapat meningkatkan rasa efektivitas diri siswa dengan
cara menumbuhkan rasa percaya diri siswa, memperlihatkan pengalaman orang lain
menjadi sukses, danmenceritakan pengalaman sukses guru atau siswa itusendiri.
6) Guru harus membantu siswa menetapkan harapan yang realistis
untuk prestasi akademiknya. Guru harus memastikan bahwa target prestasi siswa
tidak lebih rendah dari potensi siswa yangbersangkutan.
Tidak ada komentar: